Dengan memanfaatkan bekas air mandi dan air wudlu di mushola yang berada di lingkungan sekolah, ide cerdas tersebut tercetus dari seorang siswa bernama Eka Wahyu Aditya dan Amalia Yusincha yang masih duduk di kelas 11 SMK Semen Gresik.
Kesepuluh siswa tersebut, kemudian membentuk team yang solid dan sepakat untuk bekerjasama untuk memanfaatkan ipal menjadi hal yang lebih bermanfaat.
“Ide kreatifnya berawal dari keprihatinan kondisi lingkungan di Gresik yang setiap musim kemarau selalu mengalami krisis air bersih, Cara kerjanya yakni dari kamar mandI maupun tempat wudlu di mushola yang disalurkan ke bak penampungan pertama, lalu dialirkan ke bak penampungan kedua, setelah itu dengan pompa air disalurkan ke bak penampungan paling atas yang sudah dicampur tawas yang berfungsi untuk mengendapkan kotoran, pada bak penampungan pertama berisi tiga lapisan yakni ijuk, pasir dan batu koral yang sudah disusun rapi jadi satu, batu koral berfungsi untuk mengatur kadar oksigen dalam air, kemudian IPAL dialirkan ke bak penampungan kedua yang berisi ijuk, arang dan batu zeolit,” ujar Eka Wahyu Aditya/Siswa SMK Semen Gresik.
Untuk membuktikan penelitian tersebut, para siswa lantas melakukan uji coba menggunakan alat Ph Fix yaitu alat untuk mengetahui kadar kejernihan air IPAL yang sudah diproses melalui beberapa tahapan.
Caranya alat Ph Fix dicelupkan ke air ipal terlebih dahulu, jika tidak ada perubahan warna atau tandanya sama dengan Ph 6,8 sampai angka 7, menandakan netral atau air layak pakai.
“Kadar asam dan basah pengolahan air limbah yang diciptakan klub IPAL, sudah bisa dites dan masuk kurikulum kimia, rencana kedepan pihak sekolah juga akan memanfaatkan got atau saluran air yang lebih luas,” ujar Endang Kurniasih/Guru Kimia Dan Pembimbing siswa.
IPAL yang dikelola siswa SMK Semen Gresik berhasil meraih piala emas pada penghargaan sekolah adiwiyata mandiri 2014 yang diserahkan langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup (Balthasar Kambuaya) dan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan (Muhammad Nuh).
